Jumat, 24 Mei 2013

Part Life "Rumah Perubahan Pak Rhenald Kasali"

Ashoka Young Changesmaker sebuah komunitas yang bergerak di bidang social enterprise mengirimkan sebuah undangan kepadaku untuk menghadiri seleksi panel di Rumah Perubahan...
27 Nov 2012
Aku berangkat pagi itu bersama Kak Bella kakak tingkatku di Universitas Jambi yang juga sama-sama mengikuti seleksi panel ashoka. Aku membawa peralatan-peralatan yang diperlukan untuk presentasi, mengingat panitia tidak mempersiapkan infocus dan laptop, jujur hal ini memacuku untuk berfikir keras mencari media alternatif dalam presentasi. Akhirnya aku memutuskan untuk menggunakan media karton dan kak Bella menggunakan media kardus.
Kami tiba zuhur di Jakarta, lalu shalat di musholla bandara Soetta, ternyata kak Bella memiliki seorang teman juga yang juga megikuti seleksi panel, namanya Adit. Kami akhirnya sepakat untuk pergi bersama ke Rumah Perubahan, dan memutuskan untuk bertemu di Tanjung Priuk, dari bandara kami menaiki Damri menuju Priuk, ini memakan waktu sekitar 1,5 jam.
Bertemu Adit di Priuk, dan ternyata dia pernah mengikuti sebuah acara yang dulu juga pernah Aku ikuti di bandung, ternyata dunia itu sempit ya,,, J. Adit orangnya ramah, dan itu membuat kami cepat akrab. Berangkatlah kami menuju rumah perubahan.
Kami menempuh jalur busway-transit busway kampung rambutan-taxi untuk menuju rumah perubahan. Selama di perjalanan tak henti-hentinya Aku membayangkan Rumah Perubahan, sebuah impian yang telah lama Aku simpan saat melihat foto Pak Dede Martino di Rumah Perubahan (suatu saat Aku akan kesana J). Akhirnya sampailah kami di Rumah Perubahan, sebuah rumah yang didesain dengan konsep alam dan budaya, semua sisi dan sudutnya penuh keunikan tersendiri.
Kami dipersilahkan masuk oleh Mbak Nana panitia dari ashoka, aku memperhatikan setiap sisi rumah ini, mulai dari kebiasaan melepaskan alas kaki untuk memasuki area rumah ini, pertama kali kami bertemu dengan cafe yang berada di tingkat satu rumah ini, dari sana kami memasuki kamar yang terletak di sebelah kiri daria arah pintu utama, di sepanjang jalan menuju kamar, terdapat pagar yang terbuat dari bambu, yang diikat dengan rotan, di bagian atas pagar terdapat gantungan yang terbuat dari bambu yang apabila di tiup angin akan mengeluarkan ritme musik yang membuat suasana seperti berada di sawah.
Memasuki kamar aku juga menangkap keunikan tersendiri, tidak seperti hotel biasanya, di dalam kamar terdapat lukisan dengan konsep alam, dan dari jendela kamar ini kami bisa melihat kolam di bagian bawah kamar dengan gemericik suara air dari kerannya. Benar-benar suasana yang membuat nyaman. Dan malam itu kami tidur dengan pulas.

28 November 2012
Aku bangun dengan perasaan nyaman pagi itu, setelah menunaikan shalat subuh dan mandi, Aku pun membuka-buka media presentasi, dan kemudian bersiap-siap menuju gedung Power House, tempat kegiatan berlangsung. Berjalan kesana kami menggunakan sendal jepit biru yang telah tersedia disini.
Sesampainya disana, kami di ajak Mbak Cipi (salah seorang panitia dari Ashoka), untuk duduk di saung, yang berada diatas kolam ikan. Disana Aku saling berkenalan dengan teman-teman dari aktivitas sosial yang berbeda. Ada adit dari KANCIL, komunitas anak nganjuk cinta ilmu, adit orangnya ramah dan bersahabat, ada juga Indah dari Makassar, dia memiliki program mendidik anak-anak jalanan untuk belajar membaca, dan keterampilan lifeskill lainnya, selanjutnya ada Muhammad dari Tanoker, aktivitasnya bergerak di bidang kesehatan reproduksi, dengan cara memberikan penyuluhan. Dan yang terakhir, ada yang dari Bali (aku lupa namanya), dia memiliki inisiatif menciptakan teknologi sederhana yang murah, yang dapat membantu kehidupan masyarakat pinggiran, misalnya teknologi penjernihan air minum. Setelah kami saling berkenalan, Mbak Cipi menjelaskan Ashoka dan kegiatan Young Changesmaker kepada kami. Aku menangkap tentang Empathy, diamana ia sebuah kesadaran dari diri pribadi, saat melihat suatu permasalahan, dan berusaha untuk membantu memecahkan permasalahan itu.
Cukup lama kami berdiskusi, tibalah saatnya, Aku masuk ke gedung Power House untuk menyampaikan aktivitas sosial  yang telah Al-Ardvici lakukan. Saat itu, hujan sedang mengguur kawasan Bekasi, dan Aku membawa media persentasiku dengan dilindungi payung. Aku memasuki ruang persentasi, terasa sedikit deg-degan, tapi ternyata Aku disambut oleh wajah-wajah ramah para panelis. Segera aku menyerahkan bahan persentasiku kepada Mbak Nana(panitia Ashoka yang berada di dalam ruangan). Selanjutnya, para panelis memperkenalkan diri masing-masing, pertama Ibu Mira dari Ashoka Indonesia, Pak Wahyu Indiro dari Rumah Perubahan spesifik mengenai kewirausahaan sosial, Pak .... dari Kick Andy, dan Ibu Nia dari Guru Pembaharu. Aku sempat terperangah, ternyata Aku berhadapan dengan orang-orang hebat. Panelis mempersilahkanku untuk menceritakan kegiatan sosial yang dilakukan, Aku memulai dengan latar belakang kegiatan ini dilakukan, tujuan, bentuk kegiatan, output, serta apa yang ingin kami lakukan ke depan. Panelis terlihat sangat tertarik dengan apa yang aku bicarakan, dan pertanyaan pertama yang kuterima, “Coba ceritakan pertama kali kalian masuk ke daerah Suku Anak Dalam”, selanjutnya diikuti pertanyaan-pertanyaan yang mengarah kepada wirausaha nya, mengenai pembagian hasil, branding produk, serta HAKI. Aku banyak mendapat masukan dari diskusi panel ini, pertama bagaimana menjalankan usaha dengan fairtrade (perdagangan yang adil), kemudian memperjuangkan hak kekayaan intelektual (HAKI) dari prosuk ini, serta bagaimana cara membangun aktivitas sosial dengan baik.
Setelah selesai persentasi Aku kembali berkumpul dengan teman-teman yang lain. Mereka mengajak berjalan-jalan mengelilingi area sekita Rumah Perubahan, aku langsung menyetujui nya, karena aku memang sangat tertarik untuk melihat segala sesuatu yang unik disini. Kami mulai berjalan dari kolam ikan, kemudian menuju area outbond yang didesain sangat alami, ada kolam lumpurnya, kemudian kearah taman bunga mini, disana terdapat bunga bangkai, inilah kali pertamaku menemukan bunga bangkai.
Setelah puas berjalan-jalan, kami kembali ke gedung Power House, ternyata para panelis telah selesai berdiskusi, kami pun diajak bercerita oleh salah seorang panelis (Buk Nia), dia menceritakan kegiatan yang dilakukannya di sekolah, bagaiman ia berusaha memotivasi murid-muridnya untuk melakukan perubahan di sekolahnya. Salah satu kegiatan yang diceritakannnya dalah, aktivitas sosial miridny, dalam memfungsikan kembali WC sekolah yang telah lama tidak digunakan, mereka bergoyong royong membersihkan WC, kemudian menerapkan sistem sumbangan bagi yang ingin menggunakn WC. Dia juga menceritakan tentang aktivitas salah seorang muridnya,mengenai bagaimanakah sekolah yang aman itu? Sekolah aman yang dimaksud disini, adalah sekolah yang bahan bangunannya baik, sehingga mampu memberikan rasa aman kepad murid untuk belajar disana, serta sekolah yang guru-gurunya mampu memberikan rasa aman kepada murid-muridnya saat belajar. Buk Nia juga bercerita, tentang bagaimana ia berusaha mengatasi permasalahan murid yang bandel, sungguh Aku banyak mendapatkan ilmu dari guru pembaharu ini, ilmu tetntang mengajar, dan mencintai profesi itu.
Malamnya, kami berkumpul di lobby Rumah Perubahan, disan kami diberitahu hasil dari seleksi panel, kami dipanggil satu persatu ke dadalam ruangan disana disampaikan kelebihan dan kekurangan dari aktivitas sosail yang telah kita lakukan, serta masukan-masukan untuk kedepannya. Alhamdulillah, Al-Ardvici SAD Rengke-rengke dinyatakan bergabung dengan Ashoka.
Mudah-mudahan bisa terus memberikan kontribusi J Ganbatte Kudasai....

Renew My Dream...

07 April 2013, di permulaan pagi 04.40
Bismillah...
Sudah lama sekali Aku tidak menulis, terhitung sejak 2 minggu dikampung, Aku belum menghasilkan sebuah tulisan pun. Ya, Aku sekarang kembali ke kampung, bukan sebuah keputusan yang mudah, saat memutuskan hal ini. Sebuah keputusan yang sulit, yang sudah kutimbang beberapa kali, tapi, tampaknya Aku memang harus kembali ke kampung, Aku tidak punya kost lagi di Jambi, dan Aku sudah diterima mengajar di STKIP kampungku.
Aku bukan tak betah hidup dikampung, semua enak, makan selalu ada, tidak payah bayar kos, dan itu tidak akan terjadi kalau Aku tinggal di kost. Tapi, satu hal yang membuatku agak kurang nyaman adalah informasi yang kudapatkan minim sekali, warnet terbilang jauh dari rumahku, dan itu membuatku harus sangat bersabar...biasanya Aku bisa nongkrong dikamar berjam-jam bersama modem pink-ku, berselancar mencari informasi, hingga lupa makan,lupa segalanya :D. Yah, begitulah hidup memang selalu meminta kita untuk memilih, dan setiap pilihan ada baik dan buruknya, begitu juga dengan imipianku.
Aku sudah menetapkan target besar dalam hidupku, Aku akan menuntut ilmu di negri orang (Luar Negeri). Ada satu hal yang sangat besar yang ingin kulihat disana, aku ingin belajar dari negeri orang, mempelajari ilmu dari negara maju, mengembangkan diriku disana. Aku berharap setelah, aku kembali aku bisa memberikan sumbangsih yang besar untuk negeriku, setidak nya pola berfikirku sudah lebih maju, sehingga cara pandangku akan lebih baik dalam menyikapi setiap permasalahan, dan mencari solusinya.
Aku tahu impianku tidak butuh hanya sekedar keinginan, dan hanya sekedar ucapan, ia butuh kerja keras, sebagai dinamo penggerak menuju impian itu, dan dinamo itu harus senantiasa kuisi bahan bakar semangat, agar senantiasa bergerak hingga ia berhasil menciptakan cahaya yang terang, impianku. Aku harus katakan Aku tak boleh menyerah, tak boleh lemah dalam menjaga semangat ini, harus selalu ingat, bahwa mimpi yang besar butuh perjuangan dan pengorbanan yang besar.
AKU SIAP UNTUK ITU...Insha Allah...
“Allah, kuatkan pundakku, kuatkan azzamku, kuatkan semangatku, untuk meraihnya...Tak ada sesuatupun yang mampu memeberikan pertolongan itu, kecuali engkau...Hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal maula wa ni’mal nashiir”.

Rimba Ecoschool Part #2 Welcome to The Jungle!!!

Setelah beberapa kali info dadakan dan pengunduran keberangkatan ke Senami, akhirnya jadilah kami berangkat  ke Senami, pada hari kamis, 7 februari 2013, tepat di hari Ulang tahunku...
Pagi itu kami berangkat lebih kurang pada pukul 9.00 pagi, pertemuan dijanjikan di Mendalo Mas, Aku bersama Linda terlebih dahulu ke BMKG, mengantarkan sebuah surat penelitian, setelah itu kami langsung menyusul rombongan menuju Muara Bulian via Ness. Linda mengendalikan motor laksana Nimbus 2000 Harry Potter, sungguh membuatku serasa mau terbang, but never mind it’s make me happy Sob ;).
Sampailah kami di Senami kurang lebih pada pukul 11.00. Pertama kali kami mengunjungi rumah Cik Yam salah seorang pengrajin di daerah Suku Anak Dalam, seperti biasa dia menyambut kami dengan gurauan-gurauan kecil seperti tak peduli kami mau datang kesana atau tidak, yang sebenarnya Aku tahu ia sangat berbahagia dengan kedatangan kami. Kami satu-persatu menyalami Cik Yam, dan tak lupa kutanyakan kabarnya, Cik Yam bercerita kalau ia sudah beberapa lama ini demam dan asma. Aku bertanya apakah ia sudah berobat? Ia menjawab percuma saja berobat, uang kito habis kito kasihkan ke orang penyakit dak sembuh-sembuh...(#sungguh sebuah pemikiran yang sangat berbeda). Aku tidak ingin bertanya banyak lagi, pandanganku tertuju pada setumpuk kerajinan tangan yang telah selesai di anyam, kerajinan tangan dengan desain udang-udangan. Aku mengambil satu diantaranya, dan membawanya kepada Cik Yam, Cik Yam menjelaskan bahwa kerajinan itu sudah berjumlah kurang lebih 250 buah, segeralah bawa ke jambi.

Setelah lama bercerita dan melihat kreativitas Cik Yam yang baru, akhirnya kami meminta izin kepada Cik Yam untuk mengajak anak-anak bermain di Posyandu. Yaa, hari ini kami merubah planning Rimba Eco-skul, karena ternyata anak-anak disini sudah pulang dari sekolah sejak jam 10, jadi planning yang kami rencanakan setelah zuhur pun, kami ganti menjadi jam 11. Gentong (salah satu anak SAD) memanggil teman-temannya untuk berkumpul di Posyandu, entah bagaimana cara ia mengumpulkan teman-temannya tak sampai setengah jam telah berkumpul 12 orang anak. Ada Eka, Lilis, Yuda, Nangsang, Lana, Raju, Adel, Gea, Ima, Mira, Gentong, dan satu orang lagi yang aku lupa namanya.

Kami pun mulai mengajak adik-adik itu bernyanyi Mars Pendekar Lingkungan (seperti lirik yang sudah kuceritakan sebelumnya), bernyanyi sambil berekspresi J. Setelah itu kami mengajak adik-adik untuk bercerita mengenai tanaman-tanaman yang mereka kenal yang berada di sekitar mereka. Lalu kami mengajak mereka berjalan-jalan memasuki hutan, disana kami berjalan melihat-lihat pepohonan sambil melontarkan beberapa pertanyaan kepada adik-adik mengenai pengetahuan mereka terhadap pepohonan itu, dan kami tanyakan biasanya kegunaan pohon itu untuk apa saja. Ternyata pengetahuan mereka sudah cukup luas, seluruh pepohonan yang kami tanyakan bisa dijawabnya, meskipun dengan nama-nama yang tidak biasa kami dengar, seperti pohon ibol, sungkai, ati-ati, dan lain sebagainya.
Cukup lama kami berjalan-jalan wisata hutan bersama adik-adik, kemudian kami mengajak mereka keluar dari hutan, mereka meminta berfoto bersama (#haha ternyata pada narsis juga). Kami melanjutkan perjalanan ke jembatan Sungai Sigam, disana kami diberitahu mereka mengenai tanaman tubo ubi, buah-buahan yang bisa dipakai untuk meracun ikan, dimana cara penggunaannya, tubo ubi itu di masukkan ke dalam karung, kemudian di injak-injak setelah hancur, ditebarkan ke sungai-sungai, maka ikan-ikan akan terapung di sungai. Sungguh sebuah ilmu yang baru bagiku.
Akhirnya tibalah saatnya kami mengumpulkan adik-adik kembali ke Posyandu, kami membagikan snack berupa jajanan dan air minum kepada adik-adik, mereka tampak sangat berbahagia. Mereka juga menyanyikan lagu Happy B’day To You untukku, aku merasa sangat bahagia. Sebelum mereka pulang kami titipkan sebuah PR istimewa untuk mereka, yaitu mewawancarai orang tua mereka mengenai khasiat dari tanaman obat yang berada di hutan, setiap orang memiliki satu tanaman yang berbeda.
Banyak pelajaran yang Aku dapatkan dari ini, bahwa anak-anak SAD ternyata memiliki kemampuan yang baik dalam mengenali tanaman-tanaman di hutan mereka, ini sebuah kearifan lokal yang harus terus dijaga dan diwariskan J.
Semangat terus Rimba Eco-school....