Sabtu, 16 November 2013

Museum Geologi Bandung

Sabtu, 09 November 2013
Bismillah...
Jumat, di perkuliahan PPA kami (Geologist on Seven/ Sebutan buat mahasiswa Pra S2 Teknik Geologi), telah merencanakan untuk berkunjung ke museum Geologi, guna mencari LUP dan KOMPARATOR, dua alat yang merupakan senjata para geologist J. Akhirnya setelah berdiskusi di grup Facebook ada 2 orang teman yang tidak bisa hadir, mas Ali dan Syahrul, tapi kami berlima tetap bersepakat akan pergi ke Museum Geologi jam 9 pagi.
Esoknya, saya dan Norma termasuk orang yang ber “jam karet”, karena kami telat sampai ke Museum Geologi. Dan ternyata, Sodaq adalah orang pertama yang datang, tapi dia malah ikut seminar (#gubrak), trus Thio sama Erwin. Lalu disusul 2 bidadari cantik J yang ber-jam karet. Sesampainya di Museum Geologi, kami menuju tempat penjualan tiket yang juga merupakan minimarket yang menjual peralatan-peralatan geologi dan souvenir geologi. Kami membeli tiket yang dijual dengan sangat murah (Rp.2000/orang – harga khusus mahasiswa), lalu kami menanyakan harga Lup dan Komparatornya, dan ternyata harga Lup-nya cukup membuat mata terbelalak (300rb), komparator (32rb). Setelah berpamitan sama mbak penjual tiket nya kami langsung menuju ke dalam museum.
#First Floor
Fosil Gajah Purba
Lantai 1 dari Museum geologi ini, terdiri dari 2 ruangan. Ruangan pertama berisi poster-poster proses terbentuknya bumi, seperti dikatakan oleh teori NEBULA, kalau Bumi itu berasal dari gas yang dimampatkan. Di dalam ruangan ini juga terdapat fosil-fosil hewan laut yang kecil-kecil seperti Foraminifera sampai yang besar seperti Gajah. Di dalam ruangan terdapat juga penggambaran proses evolusi. Selanjutnya di ruangan kedua, diperlihatkan peta mengenai kondisi geografis kota Bandung yang rata-rata terdiri dari dataran-dataran tinggi. Setelah cukup puas, mengelilingi lantai satu, serta beberapa kali berfoto, kami pun melanjutkan petualangan ke lantai 2.
            #Second Floor
Lantai 2 dari museum ini, juga terbagi atas 2 ruangan, yang terletak di bagian kanan dan kiri tangga. Kami mulai memasuki ruangan pertama, yang kelihatan gelap dari luar, ternyata ruangan ini berisi sejarah perkembangan penggunaan mineral-mineral dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari penggunaan kapak tradisional pada zaman dahulu, sampai dengan pemanfaatan bahan mineral untuk teknologi saat ini, seperti : Laptop, Camera, dan Handphone. Masih di ruangan pertama, terdapat alat untuk simulasi gempa, jadi bagi teman yang tinggal di daerah yang belum pernah merasakan gempa (spt : Kalimantan), bisa mencoba alat ini, untuk merasakan sensasi gempa. Selain itu, ruangan pertama ini juga menjelaskan simulasi proses terjadi nya gempa dan tsunami.
Ruangan kedua yang terlatak di depan ruangan pertama ini, berisi berbagai jenis batu mulia, seperti emas, perak, berlian, dan semua batu-batuan yang sangat mahal harga nya itu :D. Di sisi lain dari ruangan kedua, juga diperlihatkan simulasi proses pembentukan minyak bumi, batu bara, serta energi terbarukan panas bumi.

Karena hari sudah sangat siang, kami pun bersepakat untuk menghentikan petualangan ini, meski sebenarnya saya sendiri masih sangat belum puas belajar disini, tapi mengingat daerah sumatra tengah juga sudah minta di isi, akhirnya kami pun keluar dari museum. Sebelum pulang kami membeli komparator yang harganya masih sedikit bersahabat dengan kantong mahasiswa, dan makan batagor bersama.


#mulai_lebih_memahami_kenapa_saya_ada_disini J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar