Sabtu, 25 Januari 2014

Ekskursi ke-2 Cikamuning

Bismillah...
“Ekskursi ke-2, Packing SPIRIT  bersemangat “
(copy of status fb 23 Januari 2014 pagi).
Sebuah status yang Aku tuliskan sebelum berangkat menuju kampus pagi itu. Pada hari sebelumnya, salah seorang dosenku di Geologi, berpesan untuk berkumpul di prodi jam 7 pagi, karena akan dilaksanakan ekskursi. Ekskursi kali ini sedikit berbeda dari yang sebelumnya, pertama, peserta dari ekskursi ini hanya 7 orang (*geologist on seven), yang kedua, ekskursi kali ini didampingi oleh 3 dosen dan 2 asisten dari bidang keahlian yang berbeda-beda, dan yang ketiga, ekskursi kali ini sangat dingiiin J, ini disebabkan karena hujan yang mengguyur kota bandung belum berhenti sejak subuh.
Sengaja Aku tuliskan status diatas, untuk menyemangati diri sendiri, agar tetap bersemangat meskipun cuaca sedang kurang bersahabat untuk dilaksanakannya ekskursi. Aku dan Norma sampai di prodi jam 7 lewat, dan teman-teman telah berkumpul di prodi, hanya tinggal menunggu 1 orang lagi. Beberapa peralatan untuk ekskursi telah dipersiapkan oleh dosenku, seperti : kompas geologi, palu geologi, dan lup.
Menuju TKP :D
Jam 8 ...
Hujan masih terus mengguyur kota Bandung, tapi kami harus berangkat sekarang, dan sepertinya hujan akan tetap setia menemani ekskursi kali ini. Kami berangkat menggunakan 2 mobil, 1 travel yang diisi oleh 7 geologist on7 dan 2 orang asisten, serta 1 mobil avanza yang membawa rombongan para dosen. Tujuan pertama lokasi ekskursi adalah daerah Cikamuning, Padalarang.
Mie Ayam Manis
Kurang lebih 1 jam kami diperjalanan, sampailah di sebuah Rumah Makan Khas Sunda, di daerah Padalarang, disana kami singgah untuk sarapan pagi. Aku memesan mie ayam, terfikir ingin makan sesuatu yang pedas untuk melawan dingin. Ternyata, ideku gagal, karena mie ayam yang disuguhkan, sungguh sangat manis L. Sambil makan, para dosen sibuk bercerita tentang “topik berbau geologi”, hal yang terlihat sangat menarik bagi mereka, Aku sesekali menyimak dan mengangguk-angguk, sambil terus menyantap mie ayam manis.
Kurang lebih Jam 10...
Narsis :)
Hujan masih tetap setia. Kami berangkat menuju lokasi singkapan batuan karbonat di Cikamuning. Bila dibandingkan dengan lokasi ekskursi sebelumnya, akses menuju singkapan di daerah Cikamuning sangat menantang. Kami berjalan satu-persatu menyusuri jalan tanah kuning kecil yang becek karena hujan, jalan ini terlihat semakin lama semakin mendaki, dengan sudut yang hampir mencapai 900. Aku satu-satunya peserta yang menggunakan rok merasa sangat khawatir, bisa mendaki jalanan licin ini atau tidak, apalagi sebelumnya beberapa dosen telah beberapa kali “menyinggung” pakaian yang aku kenakan J, ditambah lagi dengan sebuah payung pink yang menambah “rempong” pendakian ini. Terdengar, asisten geologi dasar, nyeletuk :
“Itulah kenapa kalau ke lapangan itu gak boleh membawa payung, menambah repot, apalagi kalau membawa rok J”....
(Duh, kena lagi deh...hehe...)
            Akhirnya setelah melalui perjuangan panjang yang tak tergambarkan, sampailah kami di depan singkapan cantik di Cikamuning. Rasanya terbayar, perjuangan pendakian tadi, dengan sambutan singkapan yang sangat menawan di depan mata. Aku segera mengeluarkan kamera, dan mulai action (*taking picture).
            Pak Yan (dosen mata kuliah Paleontologi), segera mengambil alih komando di lapangan, dan mulai menanyakan beberapa pertanyaan, yang memicu diskusi. Beberapa hal yang Aku ingat dari apa yang disampaikan Pak Yan, hal pertama yang harus kita lakukan apabila melihat singkapan adalah melihatnya dari jarak agak jauh, agar kita bisa melihat singkapan itu secara keseluruhan, dengan begitu kita juga dapat melihat perlapisannya. Untuk mengetahui jenis batuan pada singkapan, kita bisa menggunakan HCl untuk mengetesnya, apabila batuan tersebut tergolong karbonat, maka ia akan bereaksi (*ngecos) apabila ditetesi HCl.
Penjelasan Dosen
            Kemudian diskusi dilanjutkan oleh asisten mata kuliah Sedimentologi, yang membahas mengenai perlapisan batuan pada singkapan. Ada lapisan yang tebal dan tipis. Kontak antar lapisan, ada yang tajam dan berangsur. Penjelasan dilanjutkan dengan menggambarkan lingkungan pengendapan yang “mungkin” dari singkapan batuan tersebut. Dijelaskan lebih lanjut bahwa karbonat, berada pada lingkungan pengendapan yang JUST RIGHT, yaitu mendapat sinar matahari yang cukup, salinitas yang baik, serta lingkungan laut yang bersih.
            Selanjutnya Pak Aswan (dosen Geologi Sejarah) melanjutkan diskusi, dengan menjelaskan sejarah dari singkapan batuan di Cikamuning yang termasuk formasi batuan RajaMandala ini. Formasi ini berumur Oligo-Miosen atau berada pada zaman Kuarter. Selain itu dijelaskan juga, fosil yang terdapat pada singkapan ini sangat berguna untuk mengetahui lingkungan pengendapannya. Ada hal yang disinggung Pak Aswan, yang pernah menjadi pertanyaan besar di kepalaku. Karbonat itu berada pada lingkungan pengendapan marine (laut), terkadang juga bisa di danau, trus kenapa sekarang kita temukan di daratan? Jawabannya, lagi-lagi karena proses geologi yang terjadi, yaitu pengangkatan (uplift).
            Terakhir, asisten mata kuliah geologi dasar, menjelaskan mengenai proses geologi yang terjadi pada singkapan tersebut. Selain itu, pada salah satu bagian singkapan terlihat terjadinya sesar naik (*hanging wall naik terhadap footwall).
Lokasi ke-2
            Setelah berdiskusi dan mendapatkan banyak penjelasan, kami pun diminta untuk menentukan strike dan dip dari perlapisan batuan ini, dengan menggunakan kompas geologi. Untuk menentukan ini, kami mencari sebuah lokasi yang sedikit lebih teduh dari hujan dan berada di bagian bawah singkapan. Satu-persatu diminta mengukur strike dan dip. Adapun cara untuk mengukur strike, kami menempelkan badan kompas pada papan bantuan yang sama kemiringannya dengan kemiringan lapisan, selanjutnya posisi kompas digeser, sampai mata sapinya berada di tengah-tengah, tapi tetap dalam kondisi menempel. Adapun untuk mengukur dip, dengan meletakkan kompas pada posisi tegak lurus strike, dan memutar water-pass sampai tepat berada ditengah.
            Setelah semuanya mencoba mengukur strike dan dip, kami kembali ke mobil, tetap dengan *full fighting J.
Makan bersama, after excursion
            Satu hal yang sangat kuingat dari ekskursi ini, adalah wejangan dari para dosen tentang profesi seorang geologist, yang sangat akrab dengan lapangan. Ia sampai bertanya :
“Bagaimana udah mantap jadi seorang Geologist?”
Aku menjawab dengan senyum, yang Aku sendiri masih sulit untuk menerjemahkannya.

#Enjoy It#Allah_selalu_punya_skenario_TERINDAH

=See U in the Next Excursion=