Minggu, 16 November 2014

Teruntuk IBUKU

Bismillah....
          Sekarang Aku mulai tahu Ibu, bahwa melahirkan, merawat, membesarkan, dan mendidik empat orang anak bukan pekerjaan yang mudah. Anak-anakmu selalu memiliki segudang permasalahan yang terus ditumpahkan kepadamu, mengucur, terus, tanpa pernah mengerti, apakah engkau sedang menghadapi masalah juga...
       Setiap dari anak-anakmu, meminta perhatianmu, tanpa pernah terlalu peduli apa permasalahan yang sedang engkau hadapi...
Ibu, kini Aku sudah mulai sedikit mengerti, dan mulai merasakan apa yang engkau rasa...
    Aku mendoakan semoga Allah selalu menyayangimu, sebagaimana engkau mengasihi kami semua sewaktu kecil, dan semoga Allah selalu menumpahkan rahmat dan karunia-Nya kepadamu Ibu...Aaamiin :).
Bandung, 3 Februari 2014
Salam Sayang Ibu...
Anakmu...

Sebuah Nasihat....


Rabu, 05 November 2014

Aafaatul Lisaan

Bismillah...
            Mengutip sebuah pepatah lama yang pernah kudengar “mulutmu adalah harimaumu yang akan menerkam kepalamu sendiri”, meskipun pepatah ini terkesan sangat berlebihan, tapi setelah dihayati ternyata ini benar adanya. Akhir-akhir ini banyak kasus yang dimulai dari “ocehan” baik itu via lisan langsung ataupun “kicauan” via media sosial, kasus yang dimulai dari sesuatu yang sederhana, tapi terkadang penyelesaiannya rumit dan harus melalui ranah hukum. Disisi lain, mulut juga sangat banyak manfaatnya, dan tak mungkin kita menguncinya. Salah satu solusinya, seperti yang disampaikan oleh seorang Ummi pada sebuah kajian yang kuikuti 2 minggu lalu, yaitu Aafatul Lisan.
            Aafatul lisan (menjaga lisan) merupakan salah satu parameter ketinggian akhlaq (Matinul Khuluq). Rasulullah menyampaikan dalam sebuah hadits nya: “Tidaklah ada yang keluar dari lisan manusia, kecuali ada yang mengawasi dari kanan-dan kirinya”. Dari sana dapatlah kita simpulkan bahwa menjaga lisan itu sangat penting, karena lisan dapat menjerumuskan seseorang ke dalam jurang api neraka.
            Sebenarnya yang dimaksud lisan disini, memiliki makna yang luas, yaitu lebih merujuk kepada bahasa. Bahasa memiliki beberapa pengertian, bisa dari bahasa lisan, bahasa tulisan, dan juga bahasa tubuh. Jadi, menjaga lisan itu meliputi beberapa hal tersebut.
Ada 2 poin penting dalam menjaga lisan :
      1. Berbicara yang benar atau diam
Berbicara yang benar disini adalah berbicara sesuai dengan maqam(tempat)nya : “Tiap perkataan itu ada tempat terbaik, dan setiap tempat itu memiliki perkataan terbaik pula” (Hadits). Jadi sangat penting untuk menjaga kehalusan dari tutur kata, baik dari segi isinya maupun intonasinya.
2. Berbicara yang bermanfaat
Ada sebuah cerita yang menarik disini, tentang Aisyah radhiallahu ‘anha, istri Rasulullah SAW. Pada suatu hari Rasulullah mengajak Aisyah untuk pergi keluar, tetapi dengan satu syarat, Aisyah diminta mengulum air bening selama dalam perjalanan tersebut. Jadi otomatis Aisyah tidak bisa berkata-kata selama didalam perjalanan. Setibanya di rumah kembali, Rasulullah pun meminta Aisyah untuk mengeluarkan air tersebut, ternyata air tersebut tidak lagi berwarna bening, tapi ada warna seperti darah. Rasulullah pun bertanya kepada Aisyah : Wahai Aisyah, apakah yang engkau fikirkan selama di perjalanan tadi? Aisyah menjawab : Aku hanya berfikir, alangkah baiknya pakaian yang digunakan ibu yang bertubuh gemuk digunakan oleh ibu yang bertubuh kurus. Rasulullah bertanya : Bukankah itu tidak bermanfaat bagi kita?
Aku termenung mendengar cerita ini, Astaghfirullahal ‘azhiim, sesuatu yang terbesit difikiran kita saja seperti itu akibatnya, apalagi suatu perkataan buruk yang kita katakan. Kemudian Ummi menututup kajian ini, dengan beberapa kesimpulan :
“Simpanlah lisan kita dibelakang hati, jadi apa yang dikatakan oleh lisan kita, dikontrol oleh hati”.

Doa untuk penjagaan lisan : “Rabbisrahlii sodri wa yassirlii amrii, wahlul ukhdatam millisaani yafqohuu qoulii”
Ya Allah jadikanlah amalan terbaikku, saat bertemu dengan engkau...waktu terbaik saat terakhir, dan amalan terbaik saat terakhir...

Aaaamiin Ya Rabb J.