Rabu, 26 Agustus 2015

DIARY-Karang-karang yang Tersambung...

Tentang Karangsambung
Daerah Karangsambung merupakan tempat terhimpunnya beraneka jenis batuan, berukuran kerikil hingga sebesar bukit, yang berasal dari sejarah dan umur yang berbeda-beda. Batuan yang terhimpun ini bercampur aduk sedemikian rupa oleh proses geologi selama kurun waktu dalam skala jutaan tahun. Campur aduk batuan yang demikian rumit itu diberi istilah “mélange”. Namun sesungguhnya, batuan itu berasal dari kelompok batuan pembentuk lempeng benua dan pembentuk lempeng samudera. Bahannya tentu saja berasal dari dalam perut bumi sendiri.
Bagaimana batuan lempeng samudera dan batuan lempeng benua bercampur menjadi satu, dapat dijelaskan dengan teori tektonik lempeng. Menurut teori tektonik lempeng, kulit bumi tersusun oleh lempeng-lempeng yang bersifat mobile, bergerak satu sama lain saling menjauh, berpapasan atau bertabrakan. Kecepatan pergerakan lempeng ini diketahui rata-rata 10 cm per tahun. Bila dua lempeng bertabrakan pada zona pertemuan dua lempeng, terjadi akumulasi batuan berasal dari kedua belah pihak, batuan lempeng benua dan batuan lempeng samudera.
Bukti-bukti adanya pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng samudera, salah satu yang terkenal di dunia dapat kita jumpai di daerah Karangsambung ini. Teori Tektonik Lempeng menjelaskan pembentukan batuan di Karangsambung. Penemuan pertama batuan tua di Karangsambung yang disebut sebagai batuan Pra-Tersier di Pulau Jawa ini dilaporkan oleh peneliti geologi Belanda, R.D.M. Verbeek dan R. Fennema pada 1881. R. Fennema - yang membantu R.D.M. Verbeek - merasa beruntung untuk pertama kali menemukan “tanah dasar Pulau Jawa,” yaitu batuan, di atas mana terletak batuan sedimen dan batuan gunung api yang lebih muda. Sedangkan tulisan R.D.M. Verbeek, 1891, menyangkut penemuan fosil Nummulites dan Orbitulina dari Luk Ulo, Jawa Tengah. Setelah hampir 100 tahun kemudian batuan tua itu diukur umurnya, dan menunjukkan angka 117 juta tahun (Ketner, dkk., 1976). Setelah daerah ini dipetakan oleh Ch.E.A. Harloff (1933), baru setelah Perang Dunia Kedua daerah ini kembali menjadi objek penelitian (Tjia, 1966; Asikin, 1974). Sukendar Asikin adalah orang pertama yang mengulas geologi daerah Karangsambung berdasarkan Teori Tektonik Lempeng (sumber: geomagz.com).
Karang-karang yang Tersambung
Karangsambung merupakan laboratorium geologi yang terdiri dari ruang-ruang kelas dengan papan tulisnya berupa singkapan-singkapan yang menampilkan berbagai jenis batuan. Ruang kelas yang beratapkan langit, beralaskan bebatuan. Lebih tepatnya Aku ingin mengatakan bahwa ini bukan sekedar ruang kelas biasa, ­­­­­­­­­terkesan seperti TKP dan kita bertindak sebagai DETEKTIF-nya. Detektif yang bertugas menyelidiki kejadian serta kronologis apa yang telah menimpa bebatuan tersebut. Batu-batu itu meninggalkan pesan di tubuhnya berupa clue yang harus dibaca oleh para detektif. Yah, ini kisah  tentang batuan dan detektif batu dalam sebuah kuliah lapangan yang berdurasi 34 hari, untuk memecahkan kasus karang-karang yang tersambung :D (Yeay!!!).
Bismillah..Ganbatte!
Keberangkatan
Bandung (Malam, 13 Mei 2015)
Kuliah lapangan ini diikuti oleh 99 peserta yang terdiri dari mahasiswa S1 dan 12 orang mahasiswa S2 yang berasal dari S1 non-geologi, termasuk Aku J. Kami berangkat menuju Karangsambung tepat jam 10 malam dari kubus ITB dengan menggunakan 2 bis besar dan 1 bis kecil. Belum 1 jam berada di dalam bis, rata-rata penghuni bis mulai terlelap, begitupun dengan Aku, mungkin ini efek kelelahan karena hari-hari sebelumnya yang terasa begitu padat oleh UAS.
Kondisi bis teramat padat oleh barang-barang peserta yang berjubel (maklum 1 bulan akan pindah kosan :D). Aku yang berada di bis kecil-pun sedikit merasa sesak nafas dengan kepadatan ini, namun tetap berusaha menikmati perjalanan.
14 Mei 2015
Kurang lebih jam 10 pagi, akhirnya kami mendarat di kebumen (kota kabupaten). Sambutan pertama adalah suasana panas yang terik, benar-benar suasana yang berlawanan dari Bandung. Sesampainya di Kebumen, kami harus berganti kendaraan dengan bis yang lebih kecil, karena katanya jalanan menuju karangsambung tidak bisa ditempuh dengan bis besar. Angkutan ini dicat warna-warni dan hiburan full dangdut, beberapa peserta berdiri karena bis ini memang tidak menyediakan banyak tempat duduk.
Bis warna-warni full dangdut
Akhirnya sampai jugalah kami di kampus LIPI Karangsambung tepat pukul 11. Selanjutnya untuk menuju lokasi asrama, kami harus menaiki tangga shaolin yang cukup melelahkan. Alhasil sampai diatas, kucel, berkeringat, belum mandi, dan mesti mencari keberadaan koper masing-masing(*huaaa L). Setelah selesai mendapatkan koper diantara ribuan koper, Aku bergegas menuju panitia, untuk menanyakan posisi asrama dan kamarku, jeng---jeng, daaaan......Aku ditakdirkan berada di asrama PENOSOGAN kamar C-02 (tanpa melalui seleksi topi asrama ala-ala harry potter, hihi).
Tangga Shaolin yang fenomenal itu :D
Sesampainya di asrama kami beberes-beres bersama. Oya penghuni C-02 ada empat orang cewek-cewek cute, yang terakhir baru kukenali masing-masing ke-alay-an nya (*peace :P). Aku, Norma, Andini dan Dita “Amel”. Apalagi saat kejadian tokek masuk kamar kami, semua menunjukkan kehebohan masing-masing, teriak-teriak gak jelas, hihi, abisnya tokeknya besar banget, warna-warni lagiii...hiiii :D (yang kayak-kayak gini neeeh-Andini’s style). Asrama ini tergolong sangat layak terdiri dari 2 tempat tidur bertingkat, dengan 1 meja dan 1 lemari, nyaman, tetapi sayang hanya bisa kami huni beberapa jam sajaaa T_T setiap harinya.

Atribut
Setiap peserta memperoleh senjata untuk menjalankan misi detektifnya. Peralatan yang tidak boleh tertinggal saat ke lapangan, tidak boleh hilang saat berada dilapangan, intinya “sangat berharga”. Senjatanya berupa kompas geologi, palu geologi, peta daerah Karangsambung, Lup, HCl, topi lapangan, buku catatan lapangan (BCL), nametag, dan macem-macem alat lain yang menyertai. Kalau kata salah seorang dosen, layaknya senjata, kita harus bisa mengenali dan faham bagaimana cara menggunakannya, karena kalau tidak faham senjata itu tak akan membatu kita dalam tugas kedetektifan ini.
Oh ya ada lagi yang menarik disini, tentang adab makannya. Kalo ini beneran ala-ala sekolahnya harry Potter (Hogwarts). Tempat makannya berada di Aula yang terletak ditengah kampus LIPI, disana telah tersedia meja yang berisi piring-piring beserta hidangan makanan yang jumlahnya sesuai dengan jumlah peserta dan dosen. Sebelum makan semua peserta harus lengkap berjumlah 99 orang, kalau tidak lengkap makan tidak boleh dimulai. Untuk mengkondisikan para peserta ini merupakan salah satu tugas gelondong (pemimpin cowok) dan gelinding (pemimpin cewek). Aku masih mengingat suara serak khas sang gelinding yang selalu berteriak di asrama puteri, dan terkadang ia harus mengetuk pintu kamar satu-persatu untuk mengumpulkan kami semua *big thanks gelondong-Dida dan gelinding-Cindytami:D. Setelah semua peserta lengkap, barulah sang gelondong dan gelinding memanggil para dosen untuk makan ke Aula. Saat para dosen memasuki Aula, seluruh peserta langsung berdiri, dan salah satu dari peserta memimpin doa untuk memulai makan, selesai berdoa, barulah kita semua bisa makan :D. Setelah agenda makan, biasanya ada bunyi dentingan gelas dari meja dosen (ting-ting-ting), itu artinya akan ada beberapa pengumuman, dan tak jarang ada pengumuman barang yang tertinggal di lapangan, ini biasanya diakhiri dengan sesi hiburan (sang pemilik barang “nyanyi” sebagai hukuman meninggalkan barang di lapangan), ada beberapa lagu yang tercipta dari agenda ini, lagu Thomas dan Laundry :D.
Makan Bersama di Aula
Jadwal disini benar-benar padat merayap, setiap pagi kita harus bersiap siap, tepat jam 7 makan pagi, jam 8 berangkat ke lapangan, jam 4 atau jam 5 pulang dari lapangan, jam 7 malam makan malam, jam 8-11 malam kelas malam atau nugas (buat laporan), jam 11 pulang ke asrama, baru bisa tiduuurr.
Karang 1-Kelas Obeservasi (15-17 Mei 2015)
15 Mei 2015
Ini adalah kelas pertama yang harus diikuti, peserta dibagi menjadi empat kelompok besar. Setiap kelompok dibimbing oleh 2 dosen dan 1 asisten. Aku berada di kelompok 4, dengan dosen pembimbing pak Agus dan pak Uki. Kami berangkat menuju kelas yang berada di pinggiran sungai Luk Ulo (nama sungai di Kabupaten Kebumen yang dimulai dari kecamatan Karangsambung menuju ke Selatan hingga bermuara di samudra Hindia. Sungai Luk Ulo pada awalnya merupakan sungai bawah laut, terbentuk pada masa pratersier tertua diperkirakan telah berumur sekitar 117 juta tahun. Nama Luk Ula sendiri didasarkan pada pola alur sungai yang berkelok – kelok seperti jejak ular yang berjalan, sehingga dinamakan Luk (Alur) Ulo (Ular) sumber: yodataruna.wordpress.com).
Kali Luk Ulo
Disana kami diajari tentang bagaimana menentukan lokasi pada peta. Pertama kali yang harus dilakukan adalah dengan meletakkan utara peta sejajar dengan utara kompas, lalu mulailah mengamati keadaan sekitar, seperti keberadaan gunung, bukit, ataupun sungai disekitar lokasi. Selanjutnya dilakukan metode menembak dengan kompas pada puncak gunung tersebut untuk mengetahui arah bukit tersebut dari titik lokasi kita. Pada daerah tersebut terdapat dua gunung, yaitu gunung Paras dan gunung Parang, kami menembak kedua gunung tersebut, setelah mendapatkan arahnya di plot pada peta dan titik temu dari kedua arah tersebut merupakan lokasi keberadaan kita.
Setelah itu, kami diajari bagaimana menggunakan kompas dalam pengukuran bidang dan garis, beberapa peserta diminta maju kedepan dan memperagakan cara menggunakan kompas. Matahari semakin naik, dan semakin membakar kulit, Alhamdulillah, karena hari itu hari Jum’at akhirnya kuliah diselesaikan dan kita diminta kembali berkumpul selesai shalat Jum’at.
Setelah shalat Jum’at, tujuannya adalah kali Jebug. Seperti sebelunya kami diminta orientasi medan dan penentuan lokasi. Setelah itu, peserta diminta mengamati singkapan dari hulu ke hilir. Dimulailah pekerjaan “ngebatu”, peserta mengamati “clue” pada setiap tubuh batuan dengan bantuan senjata kompas, palu, lup, dan HCl. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada daerah ini terdapat litologi batulempung bersisik (scaly clay) kontak dengan batuan beku intrusif diabas. Selain itu, ditemukan juga variasi warna batulempung semakin ke arah utara.  Ditemukan juga slickenslide yang menandakan bahwa pada daerah ini telah terjadi sesar.
Kali Jebug Mission
16 Mei 2015
Hari kedua, kami memiliki 3 kelas dengan lokasi yang berbeda. Kelas pertama berada di daerah Gunung Parang. Untuk menuju daerah ini dibutuhkan stamina yang lumayan baik, karena lokasinya yang berada di ketinggian, alhasil sesampainya di atas lumayan ngos-ngosan. Ada satu pemandangan yang cukup impas membayar perjuangan naik gunung Parang, diatas kami disuguhi pesona kekar kolom yang biasanya hanya kulihat di buku-buku teks geologi (Masha Allah). Diatas telah menunggu dua orang dosen Bu Emmy dan Pak Bambang (Pak BP), seperti biasa kami diminta menentukan lokasi, membuat sketsa singkapan dan mendeskripsikan clue yang terdapat pada singkapan batuan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis batuan pada singkapan ini berupa batuan beku intrusif diabas, ditandai dengan kontak dengan batulempung. Bu Emmy memberikan pemahaman yang detail mengenai singkapan ini dari sisi petrografi, yaitu dari tekstur yang ditunjukkan oleh batuan tersebut, serta kehadiran mineral pada batuan ini.
Kekar Kolom Gunung Parang
Kelas kedua terletak di pinggir Sungai Luk Ulo, dengan dosen Pak Mino dan Mas Igun. Kelas ini teramat panas, apalagi kami berada disana tepat tengah hari. Sehingga hasilnya kurang efektif karena beberapa peserta sudah mulai berpayung-ria. Dari penjelasan dan pengamatan, diketahui bahwa daerah ini berupa singkapan batuan metamorf filit, yang telah mengalami peristiwa struktur cukup kompleks. Hal ini ditandai dengan kehadiran struktur foliasi, lipatan, breksiasi, serta kehadiran boudin.
Kelas terakhir terletak di Pesanggrahan, ini merupakan kelas Pak Yan dan Bu Rina. Terdapat singkapan berupa batuan sedimen klastik berselingan dengan batulempung, sepanjang sungai lok Ulo. Kami diminta mendeskripsikan lapisan-lapisan batuan pada daerah ini.
17 Mei 2015
Pada hari ketiga kami diminta mendeskripsikan 3 daerah yang keseluruhannya merupakan singkapan batuansedimen. 3 kelas ini berada di Kaligending, Jatibungkus, dan Waturanda. Kaligending menampilkan singkapan sedimen klastik berupa perselingan batupasir dan batulempung. Adapun daerah Jatibungkus memperlihatkan singkapan berupa batugamping dengan beberapa fosil berupa foraminifera, red algae, dan mollusca, dari beberapa ciri-ciri tersebut kemungkinan lingkungan pengendapan daerah ini berada di shallow marine. Daerah terakhir, Waturanda berada di tepi jalan raya Karangsambung, singkapan ini beruapa perselingan breksi dan batupasir.

Karang 2-Kelas Lintasan Geologi(LG) (18-20 Mei 2015)
Pada kelas LG kami dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 orang. Aku sekelompok Syafiq dan Agung. LG dibagi menjadi dua lintasan, lintasan tertutup dan lintasan terbuka. Hal yang harus dilakukan adalah membuat peta lintasan dengan cara menembakkan kompas dari satu patok ke patok berikutnya, serta menghitung kemiringan lerengnya, selanjutnya juga dilakukan pembuatan peta kontur dan dekripsi batuan pada singkapan yang ditemui. Dan ternyata dari hasil-hasil pengamatan di lapangan bisa menghasilkan peta geologi.
Tarik Tali, Tembak Kompas, Deskripsiii... :D

Karang 3-Kelas Pengukuran Penampang Stratigrafi (PPS) (21-23 Mei 2015)
Kelas PPS dibimbing oleh dosen-dosen sedimentologi dan stratigrafi Pak Nuki dan Pak Djuhaeni. Yang kami lakukan adalah mengukur lapisan pada batuan sedimen serta mendeskripsikan batuan tersebut dengan singkatan-singkatan (seperti menulis sandi-sandi yang hanya dimengerti oleh para geologist sajaa :D), output dari PPS adalah kolom stratigrafi suatu daerah dari top ke bottom. Kali ini Aku sekelompok dengan Alam dan Fata, ini merupakan kelompok “penyanyi”, jika salah satunya menyanyi, yang lain menyambut, selalu begitu, hehe. Tapi ini cukup menghibur ditengah-tengah pembuatan laporan PPS yang lumayan “hectic”.

Semangat PPS
Karang 4-Kelas Observasi dan Analisis Struktur (24-26 Mei 2015)
Struktur dibagi menjadi 2 hari dilapangan dan 1 hari pembuatan laporan. Kali ini Aku sekelompok dengan Titis dan Mirza. Hari pertama berada di kelas Kali Soka. Disini banyak pemandangan struktur yang menakjubkan, mulai dari lipatan antiklin minor yang terlihat jelas, serta kehadiran bidang sesar mendatar yang juga jelas terlihat. Dari sini kami diminta mengukur struktur bidang dan struktur garis serta membuat peta struktur pada daerah ini.

Hari selnjutnya kami menuju 2 singkapan yang berada di Lok Ulo. Kelas pertama adalah kelas “FILIT PANGGANG”, ini bukan sejenis kelas memasak, bukan juga sejenis makanan yang terasa nikmat aromanya akibat cara memasaknya yang dipanggang. Tapi ini merupakan nama salah satu kelas yang singkapannya berupa batuan metamorf-filit, yang jika kita berada disana dari pagi hingga jam 1 siang, kita benar-benar akan dipanggang oleh matahari, yang semakin siang semakin terik. Mungkin jika kita memasak telur disana, benar-benar mateng :D. Alhasil dari singkapan ini dihasilkan kontak yang tegas pada kulit kita (hitam-putih (alias belang)). Tetapi di daerah ini sangat banyak penambang pasir yang menambang pasir pada pagi-siang hari yang sangat terik, karena pada saat ini Lok Ulo airnya surut, kulit mereka telah terlihat sangat gelap, tetapi tetap bersemangat bekerja. Aku banyak belajar bersyukur disini, dan belajar bekerja keras. Banyak struktur yang ditemukan disini mulai dari microfold, slickenslide, shear fracture, dan juga breksiasi. Dari filit, kami menuju Kali Mandala, disini terdapat struktur breksiasi, shear fracture serta slickenslide
Filit Panggang
Finally LIBUUURRR (27 Mei 2015)
Akhirnyaa tibalah hari yang dinanti-nanti, untuk menarik nafas, sebelum menuju penjelajahan karang selanjutnya, kami diberikan anugerah libur 1 hari, Alhamdulillah....Ya Allah.
*****Sejauh ini karsam memberikan efek yang lumayan besar padaku, semakin gelap kulitnya, semakin belajar kuat untuk berjalan meskipun pada awalnya kakinya lecet-lecet dan berakhir dengan kapalan T_T, dan mudah-mudahan berat badannya bisa semakin bertambah, hehe(efek makan teratur 3x sehari).
Alhamdulillah ‘alaa kulli haal ya Allah...
Terima kasih atas pelajaran berharga ini Ya Allah, semoga ilmu yang kami peroleh disini menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat, belajar dari ciptaanMu yang agung, Maha Besar Allah...
Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu kembali setelah dibangkitkan (QS. Al-Mulk: 15).

Karang-5 Kelas Geomorfologi
Kelas geomorfologi dibagi menjadi 2 hari, setiap peserta masuk dalam  kelompok besar 7-8 orang perkelompok. Hari pertama setiap peserta diberikan 2 peta geomorfologi, 1 peta besar karangsambung dan 1 lagi peta geomorfologi sekitar daerah Lok Ulo hingga Wagir Sambeng. Sebelum berangkat ke lapangan, pada pagi harinya kami diminta menganalisis keadaan geomorfologi daerah tersebut, berdasarkan pola kerapatan kontur, kelurusan sungai, serta dip slopenya. Berdasarkan analisis itu, kami diminta membagi satuan batuan pada peta tersebut, serta menarik kelurusan yang nantinya akan berkaitan dengan struktur yang harus dibuktikan di lapangan. Setelah selesai menentukan satuan batuan dan kelurusan, kami diminta mewarnai peta geomorfologi tersebut, dengan beberapa teknik cara pewarnaan yang baik. Oya, kelas ini dibimbing oleh Pak Budi, Pak Imam, Bu Suryantini, dan Pak Agus.
Menyusuri Lok Ulo
Selesai mewarnai, kami berfoto bersama, dan memulai perjalanan untuk membuktikan hasil interpretasi yang telah dilakukan pada peta geomorfologi. Tujuan pertama adalah daerah endapan aluvial Kali Luk Ulo. Untuk menuju daerah ini, kami harus menyebrangi Kali Lok Ulo, beruntung kami menyebranginya di pagi hari karena kali Lok Ulo sedang dalam posisi surut. Satu persatu peserta menyebrangi kali dengan saling berpegangan. Akhirnya tibalah kami di seberang disana seperti biasa kami diminta orientasi lokasi dan menentukan titik lokasi pada peta geomorfologi dan mulai mendeskripsikan endapan aluvial serta proses geomorfologi yang terjadi pada daerah tersebut, seperti erosi dan sedimentasi. Perjalanan masih dilanjutkan dengan menelusuri kali Lok Ulo menuju ke arah selatan, pada stasiun pengamatan ke 4, ditemukan arah breksiasi yang searah dengan pola kelurusan yang telah diinterpretasi sebelumnya. Selanjutnya perjalanan dilanjutkan ke Bukit Wagir Sambeng (158 m), tujuannya adalah untuk menggambar sketsa geomorfologi dari bukit tersebut. Kali giliran kelompokku yang memimpin jalur menuju Bukit Wagir Sambeng, kami mulai mendaki, beberapa kali tampak singkapan rijang di sisi jalan setapak yang kami lewati. Pak Budi mengajak kelompok kami untuk berfoto diantara ilalang sebelum menuju puncak Wagir Sambeng.
Menuju Puncaak "Wagir Sambeng" *foto oleh Pak Budi
Akhirnya sampailah kami di puncak Wagir Sambeng, angin bertiup dengan lembut menyambut kedatangan kami seakan ingin mengisi kembali pernafasan kami yang sesak akibat pendakian dengan udara segar. Aku berdecak kagum menyaksikan pesona ciptaan Allah, maha besar Allah. Dari atas puncak, kami menyaksikan jejeran pegunungan dari Timur ke Barat mulai dari G. Parang, G. Prahu, G. Bujil, G. Dliwang, dan Bukit Jatibungkus, tampak kali Lok Ulo mengelok indah diantara jejeran pegunungan. Pak Budi meminta kami membuat sketsa pegunungan itu, dengan beberapa teknik pembuatan sketsa yang telah diajarkan. Alhamdulillah, akhirnya jadilah sketsa pertamaku :D. Saat pulang kami kembali menyebrangi Kali Lok Ulo, Aku hampir hanyuut, ternyata jalur yang kami pilih lumayan dalam dan deras arusnya T_T.



Hari ke-2 kelas geomorfologi. Setiap kelompok diminta membuat profil sungai dengan cara mengukur kedalaman, lebar, debit air sungai serta menentukan proses geomorfologi yang terjadi pada daerah tersebut. Selain itu kami juga diminta mengukur permukaan air tanah dan membandingkannya dengan permukaan sungai. Untuk menentukan apakah didaerah tersebut terjadi efluen atau influent?.
Kelompokku terdiri dari 3 orang cewek dan 5 orang cowok. Pada saat pengukuran profil sungai ada beberapa kejadian yang cukup membuat heboh. Pada pos singkapan kedua Alfa tenggelam saat akan melakukan pengukuran kedalaman sungai, Fata mencoba menyelamatkan, hal yang sama terjadi padanya, alhamdulillah mereka berdua selamat, tetapi 2 pasang sepatu boots mereka hilang, dan kacamata Fata kehilangan salah satu lensanya. Pada singkapan terakhir kembali kejadian ini terulang kembali, kali ini menimpa Agung, saat dia berusaha untuk mengukur kedalaman kali Luk Ulo, ia ternyata berada di daerah sungai yang beraliran cukup deras dan dalam, ia pun segera berteriak meminta tolong, Mirza berusaha membantu Agung, dengan menariknya ke tepi. Alhamdulillah selamat. Jadi total ada 3 orang anggota kelompokku yang hampir tenggelam di Lok Ulo (*apa ini efek lagu Thomaas...thomaas...thomaas kecebur di Lok Uloo :().
Alfa Kehilangan boots-nya :(

Misi Penyelamatan Agung :(
p.s:
jika ingin menyebrangi sungai yang terbilang dalam jangan gunakan boots dan kacamata Anda! :D
Karang-6 Kelas Pra-Pemetaan
Pemetaan merupakan puncak dari kuliah lapangan Karsam. Pemetaan dibagi menjadi 2 daerah yaitu Brujul dan Waturanda. Aku mendapat daerah Waturanda. Sebelum memasuki pemetaan mandiri, kami memperoleh kelas pra-pemetaan (pemetaan dibimbing oleh dosen), kelas ini dibagi menjadi dua hari. Hari pertama kelompokku dibimbing oleh Pak Agus dan Buk Rina. Kami membuat jalur dari utara ke selatan. Dimulai pada kali Welaran dan berakhir di Bendungan Kali Gending. Hari kedua pra-pemetaan dibimbing oleh Pak Bambang dan pak Mirzam, kami melakukan pemetaan pada daerah Ketapang sampai Tegalsari. Ditengah perjalanan  kami ditraktir degan saat makan siang. Alhamdulillah. Oya di daerah ini, jenis batuan yang ditemukan calcarenit, calsilutit, batupasir karbonatan, dan batulempung karbonatan. Awalnya Aku sangat kebingungan untuk membedakan calcarenit dan batupasir karbonatan, mengingat keduanya sama-sama “ngecos” saat diberikan HCl, pak Mirzam menjelaskan jika butirannya habis saat bereaksi dengan HCl, maka ia termasuk calcarenit (batugamping klastik), akan tetapi jika butirannya tidak seluruhnya bereaksi (masih bersisa litik) maka ia masih dikelompokkan kedalam batupasir karbonatan. Wew, lumayan rempong juga ya ternyata, hehe.
Makan Degan Bersama, Alhamdulillah *thanks to Pak BP & Pak Mirzam
Karang-7 Kelas Pemetaan (1- 11 Juni 2015)
Akhirnya sampailah pada kelas pemetaan mandiri, disini kami dilepas dan dipercaya untuk melakukan pemetaan mandiri bersama beberapa orang teman, tanpa dibimbing oleh dosen. Aku sekelompok bersama beberapa teman S2 Waturanger-TIM CERIA (Mas Zuris, Ami, Thio, Shodaq, dan Erwin), baiknya Aku perkenalkan satu persatu para personilnya, cekidot:

 Mas Zuris, selaku ketua kelompok yang seringkali memberikan pertimbangan dan keputusan dalam mementukan jalur dalam pemetaan ini, ia dan Ami juga bertindak sebagai Ranger (penentu jalur). Hati-hati jika bertemu Mas Zuris, bisa sakit perut karena gak bisa menahan tawa :D. Mas Zuris juga selalu punya senjata ampuh yang cukup mematikan, yaitu “topi orange yang tak lagi orange :P”(“you know what”). Oya dia juga merupakan pencair suasana dan penemu banyak “gelar” ditim ini.
Mas Zuris dan Topi Kebanggaannya :D
 Ami, bertindak sebagai pembaca GPS dan ranger. Setiap berada pada suatu posisi, Ami akan membacakan posisi 354....., 950.... Ami merupakan salah satu personil yang baru diketahui memiliki bakat “ciee-ciee” (geleng-geleng :D). Jika kita berbicara masalah posisi, tak lengkap rasanya jika tak mengenal sang plotter :D.
Ami dan Mas Zuris
 Thio, merupakan plotter dalam tim ini. Ami dan Thio merupakan satu paket lengkap dalam penentuan posisi. Thio dengan tingkat ketelitiannya yang tinggi akan mem-plot posisi yang dibacakan oleh Ami. Dari sanalah kami mengetahui posisi singkapan yang akan di observasi. Oya, Aku adalah orang yang paling berbahagia kalau Thio sudah request untuk “Check Point” :D (*salah satu modus untuk istirahat).
Thioo, check point please :D
 Shodaq, observasi singkapan membutuhkan setidaknya 2 hal, yang pertama pengukuran kedudukan bidang dan litologi. Shodaq merupakan pengukur kedudukan yang tak jarang berdebat dengan Erwin sebagai partner klop nya, meskipun terkadang hanya berbeda 2 derajat, ataupun untuk memnetukan batupasir halus dan batupasir sangat halus :D (*geleng-geleng).
Shodaq dan Erwin, partner KLOPP
 Erwin, jika Shodaq pengukur kedudukan, Erwin-lah yang menentukan litologi suatu singkapan (apakah ia termasuk calcarenit atau batupasir gampingan??? :D). Erwin juga mengukur ketebalan suatu lapisan, guna untuk pembuatan penampang stratigrafi singkapan tersebut. Erwin adalah orang yang biasa dipanggil oleh Mas Zuris dengan gelar Ganesh :D (sang dewa ilmu pengetahuan, hihi, ini ada alasan tertentu dibaliknya). Erwin juga memiliki suara yang bagus, apalagi kalau menyanyikan lagu (Pergilah Kasih, Bakker (2015)) :D.

Aku, kalau dari tadi Aku bercerita panjang lebar mengenai apa yang dilakukan anggota kelompokku dilapangan. Jadi tugasku apa?, hehe. Aku merupakan orang yang merekam data-data yang diperoleh dilapangan dalam BCL (Buku Catatan Lapangan), mulai dari sketsa, deskripsi singkapan serta mencatat, apa-apa saja yang mereka peroleh, mulai dari posisi, kedudukan serta PPS (nah lho? Semacam georeporter-kah? :D).

Hari 1 (1 Juni 2015)
Tujuan kami hari ini adalah daerah Alian, daerah paling selatan dari Peta Waturanda. Disini pembagian tugas belum berjalan dengan baik, singkapan yang berjarak terlalu dekat dideskripsi (mungkin karena terlalu bersemangat, maklum hari pertama). Erwin juga sangat bersemangat untuk mendeskripsikan setiap singkapan, beberapa kali akan dipanah Mas Zuris karena terlalu lama di satu singkapan :D. Dari hari pertama ini kami belajar untuk tidak mendeskripsi setiap singkapan yang berjarak terlalu dekat, ambil saja yang mewakili daerah tersebut.
Erwin berkomunikasi dengan singkapan *episode masih rajiiin :D
Hari 2 (2 Juni 2015)
Hari kedua kami menuju daerah kali Jaya-Kali Kedungbener. Jalur hari ini cukup baik (*prok prok ranger). Kami menemukan sesar naik di kali Jaya, kontak tuff dengan batulempung karbonatan, dan shear fracture.
Tuff disisi jalan raya
Hari 3 (3 Juni 2015)
Lintasan pada hari ketiga berada pada Kali Jaya, disini ditemukan slump serta lipatan antiklin.
Slump dan skalanya

Hari 4 (4 Juni 2015)
Tujuan pada hari keempat adalah daerah Tlepok, ditemukan lipatan antiklin pada Kali Desa dan shear fracture.
Shear Fracture
Hari 5 (5 Juni 2015)
Tujuan pada hari kelima adalah Kali Grijek, ditemukan sesar minor dan slump.
Waterfall :)
Hari 6 (6 Juni 2015)
Tujuan adalah bendungan Kali gending, ditemukan kontak breksi dan batupasir. Ada satu kejadian disini, yang terjadi tanpa unsur kesengajaan, ataupun dengan modus ingin meratakan eek (*kata Mas Zuris), Aku tidak sengaja menginjak “eek” di atas batu. Dan jadilah Mas Zuris mengolok-olok dengan khas logat Ambon-nya Erwin :”e..e.. Rahmi, jangan injak eek” :D. Jalur yang sangat fantastis hari ini, tanpa direncanakan kami berhasil mencapai puncak Gunung Gedog.
Nemu Kontak
Hari 7 (7 Juni 2015)
Tujuan kami pada hari ketujuh, yaitu daerah sepanjang Kali Lok Ulo. Ditemukan litologi tuff, serta kontak breksi dan batupasir. Ditemukan juga sesar naik serta slump diseberang bendungan Kali Gending.
Slump
Hari 8 (8 Juni 2015)
Tujuan pada hari kedelapan adalah Kali Suwuk, ditemukan litologi batulempung berfragmen dan batupasir.
Pelapukan Mengulit Bawang
Hari 9 (9 Juni 2015)
Sebenarnya hari ini agak sedikit santai, karena sebagian besar daerah telah dijelajahi. Sesampainya di Kali Soka, sebagian besar anggota kelompokku langsung berjemur (serasa di pantai), hanya Erwin dan Shodaq yang sangat rajin, langsung mengobservasi singkapan :D. Lintasan berada di sepanjang kali Soka, ditemukan lipatan dan sesar mendatar.
Ketika Kali Soka berasa di Pantaaii...
Hari 10 (10 Juni 2015)
Agak kurang bersemangat berangkat hari ini, mengingat tujuan kami adalah TPA kali Krembeng (Tempat Pembuangan Akhir), gak kebayang baunya kayak gimana L. Alhamdulillah, salah seorang dosen (Pak Yan) bersedia menemani kami, dan kelompok Brujul “Norma Geng” berangkat bersama dengan kami, Yeay Ramee :D. Di dalam angkot seperti biasa Mas Zuris selalu membuat keramaian, dan Erwin mulai membagi-bagikan masker, dan Aku sibuk membayangkan kali Krembeng dengan sejuta aromanya :D. Akhirnya kami sampai di lokasi, beruntung pergi bersama dosen, beberapa hal yang terlihat membingungkan dijelaskan dengan sangat baik. Dari lintasan ini ditemukan struktur sesar naik dengan litologi berupa batupasir, batulempung karbonatan dan terdapat sisipan tuff.
Berguru pada Pak Yan
Pada sore harinya kami melanjutkan pemetaan pada Gunung Bujil, ditemukan lava bantal di daerah ini.
Eksiiiss...
Hari 11 (11 Juni 2015)
Pada hari ini kami dibebaskan memilih akan ke lapangan atau membuat laporan di asrama, tetapi kelompokku yang sangat hobi masuk hutan ini memutuskan untuk pergi ke lapangan L. Lintasan berada pada Kali Prekuh, ditemukan litologi berupa tuff, kalkarenit dan kalsilutit.
Tuff
Laporan (12 Juni 2015)
Waktu-waktu pembuatan laporan merupakan waktunya “Senggol Bacok” :D. Semuanya pada sibuk masing-masing mengerjakan laporannya, mulai dari mewarnai peta, menarik struktur, membuat penampang, dan segala tetek-bengeknya yang lumayan bikin riweuh karena dikerjakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Pada awalnya laporan ini dideadline pada jam 5 sore.  Ada saja hal yang membuat sensitif, mulai dari kehilangan pensil warna, spidol, penggaris, dan penghapus (langganan yang paling sering hilang).
Riweuuuuh
Jam 5.00 sore
Masih banyak yang belum selesai, akhirnya dosen berbaik hati untuk mengundurkan deadline pengumpulannya menjadi jam 10 malam. Akan tetapi Aku baru mengumpulkannya menjelang jam 12 malam, dan memperoleh urutan sidang ke 83, tanggal 14 Juni.
Sidang Tengah Malam (13 Juni 2015)
Mendapatkan kejutan ditengah malam, panik dong ya? :D
Aku yang dijadwalkan sidang karsam tanggal 14 Juni 2015, dan tiba-tiba diminta untuk maju tanggal 13 Juni 2015 jam 10.30 malam.
Terburu-buru Aku segera berangkat menuju Aula bersama Norma, jujur sedikit deg-degan, mengingat masih banyak hal yang sulit Aku jelaskan dari peta geologi yang telah Aku buat.
Didepan aula terletak jejeran kursi “waiting list”, Aku segera mengambil posisi disana, disamping kami ada beberapa teman yang baru saja selesai sidang. Mereka sibuk menceritakan pengalaman mereka masing-masing, dan hal itu semakin mengganggu suasana hati. Sekitar 15 menit menunggu, Rio turun dari Aula atas dan memanggilku untuk maju. Aku bersegera menuju meja dengan 2 orang dosen penguji yang telah menunggu (Pak Edi dan Pak Mino).
Aku dibantu Rio menempelkan peta geologi, peta geomorfologi, stratigrafi, serta sejarah geologi dari daerah pemetaan yang telah dilakukan. Pada awalnya Pak Mino memberikan beberapa kalimat positif terkait peta yang kubuat :D. Dimulailah presentasi singkat itu, beberapa kali pak Mino memotong, menanyakan beberapa hal, seperti “Kenapa diberi nama satuan melange?”, “kenapa satuan batuannya dibagi begini-dan begitu?”, serta pertanyaan kenapa-kenapa yang lainnya, yang sebagian kujawab dengan “nyengir”. Intinya ujianku banyak membahas struktur, yang ternyata Aku keliru membuat penampangnya :D,ckck, bener2 deh...tapi Alhamdulillah berakhir juga, banyak dapat ilmu plus pencerahan selama ujian...(DONE, Alhamdulillah).
Karang-Penutup
Alhamdulillah, selesai juga karang-karang itu. Kini hanya bersisa beberapa hari lagi kami di Karsam, dengan satu agenda penutup, yaitu ekskursi. Aku melihat rona-rona bahagia bercampur sedih dari wajah teman-teman, tidak bisa dipungkiri meski awalnya banyak yang mengeluh, tapi kebersamaan di Karsam juga menyimpan memori “indah” tersendiri bagi kami. Kamarku C-02, membuat acara perpisahan “makan es krim bersama :D (thanks C-02, ukhtii...). beberapa dari anak-anak cowok membuat acara perpisahan dengan mendaki puncak G. Brujul, dan sebagian yang lain dengan kembang apinya.
Personil C-02 (After)
Satu kata penutup dari Pak Agus, usai makan malam di hari terakhir...”semua peraturan Karsam saya cabut, dan mulai malam ini kalian kembali ke kehidupan normal”...
Yah, menjalani kehidupan normal selepas satu bulan Karsam, mungkin masih menyisakan sedikit-banyak kenangan tentang Karsam. Tetapi yang terpenting kenangan-kenangan disetiap ruang kelas Karsam, pecahan-pecahan karang ilmu yang harus kita sambungkan untuk bekal mempelajari alam Nya...Maha Besar Allah dengan Keagungan Ciptaan-Nya.
KARANG_KARANG_YANG_TERSAMBUNG_end J.
Bendungan Kali Gending
Jembatan Gantung

Fansus-nya Anak Gaul Karsam *kata Andini
Rujak Favorit C-02
Ekskursi Hari 1
Lava bantal- Ekskursi Hari 2
Waktunya Pulang