Selasa, 29 Agustus 2017

Entrepreneur itu Merdeka!

sumber: www.linkedin.com
72 tahun Indonesia merdeka, bukan usia yang muda lagi untuk ukuran umur manusia. Memasuki tahap pensiun untuk seorang abdi negara, sudah semestinya Indonesia benar-benar merdeka. Lantas, sudah merdekakah kita (Indonesia)?

Teramat sulit untuk sekedar menjawab pertanyaan ini, mari kita coba kembali kepada definisi merdeka?. Menurut KBBI, merdeka diartikan tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu. Jika kita kembali pada definisi merdeka dan kembali berkaca pada diri kita, harus dengan berat hati kita simpulkan ternyata kita belum merdeka dalam arti yang sesungguhnya.

Faktanya, negeri tumpah darah ini masih banyak memiliki masalah yang tak kunjung usai. Salah satu masalah yang masih menjadi momok, pengangguran. Indonesia masih saja bermasalah pada kurangnya pekerjaan, banyaknya pengangguran. Oke, kita berhenti pada satu masalah ini saja, pengangguran. Lantas apa solusinya? Secara sederhana jawabannya adalah “bagaimana cara kita mempekerjakan diri sendiri”. Merdeka dari pengangguran adalah menjadi entrepreneur.

Kata kunci untuk menjadi seorang entrepreneur adalah kemauan untuk berubah. Perubahan berarti terjadi perbedaan posisi dari yang belum merdeka menjadi merdeka, dari yang belum mampu mempekerjakan diri sendiri, menjadi mampu. Hal pokok yang harus dilakukan oleh seorang entrepreneur adalah merubah pemikirannya. Menjadi seorang entrepreneur berarti berfikir merdeka dalam mempekerjakan dirinya sendiri, berfikir merdeka dalam menentukan pilihan-pilihan hidup yang akan diambilnya, dan merdeka memilih masa depannya.

Entrepreneur adalah salah satu solusi terbaik untuk merdeka. Kerja bersama adalah bagian yang tak terpisahkan dari seorang entrepreneur. Seorang entrepreneur adalah orang yang mampu mempekerjakan dirinya sendiri, membantu orang lain, dan menjadi solusi dari permasalahan negeri ini. Mari berubah untuk Indonesia, Bill Gates pernah berkata “jika kamu terlahir dalam kondisi miskin bukan salahmu, tapi jika mati dalam kondisi miskin itu salahmu”. Indonesia ada di tangan kita, pemuda yang entrepreneur.

*Flash Blogging Jambi, 30 Agustus 2017

Selasa, 01 Agustus 2017

Kulonprogo (3-23 Juli 2017)

-sebuah catatan lapangan ringkas-
By. @rahmimulyasari

 Bismillah….
P
erjalanan kali ini mengisahkan tentang pencarian bebatuan (lagi) dalam kegiatan KULIAH LAPANGAN 2 Teknik Geologi Univ. Jambi dengan tujuan Kulonprogo, Yogyakarta. Mahasiswa yang ikut dalam kegiatan ini berjumlah 31 orang ditambah 4 orang dosen(Mas Eko, Mas Yudi, Mbak Lena, Aku). Kami berangkat dari Jambi dengan pesawat jam 06.00 pagi. Sampai  di Jakarta jam 7 pagi, penerbangan berikutnya menuju Jogja dengan maskapai yang berbeda, jadi kami harus memindahkan sendiri bagasi kami. Mengumpulkan bagasi dan pindah terminal memakan waktu yang cukup lama mengingat jumlah rombongan yang terbilang ramai. Akhirnya kami sampai di terminal berikutnya pada pukul 11, Alhamdulillah penerbangan berikutnya di jam 1 siang, jadi kami masih memiliki cukup waktu untuk mengurusi bagasi dan beristirahat. Pada penerbangan kedua rombongan terpecah menajadi 2 maskapai, jadwal keberangkatannya pun selisih 1 jam. Kami berangkat dari Jogja pada pukul 1 siang dan sampai di Jogja jam 14.30, sedangkan rombongan yang lain tiba satu jam setelahnya. Setelah semua berkumpul, sekitar jam 05.30 sore akhirnya kami berangkat menuju Kulonprogo, tepatnya menuju Kampus Lapangan STTNAS. Jam 8 malam kami sampai di kampus lapangan. Kampus lapangan ini sangat baik, bangunannya masih baru, terdiri dari beberapa ruangan besar untuk kamar dan 1 aula. Kamar dosen dan mahasiswi terletak di lantai dasar, sedangkan kamar mahasiswa putra terletak di lantai 1. Semuanya sibuk membereskan barang bawaannya masing-masing, setelah semuanya selesai beberes, barulah menuju ke aula untuk makan malam bersama. Lalu kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
Hari Keberangkatan
Day 1 (4 Juli 2017)
Pagi ini kami melaksanakan orientasi medan. Kegiatan ini diampu oleh 2 dosen STTNAS, Pak Budi dan Bu Win. Peserta orientasi medan dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok utara dan selatan. Kelompok selatan dibimbing oleh Pak Budi, sedangkan kelompok utara dibimbing oleh Bu Win. Saya mengikuti rombongan utara, perjalanan ke utara cukup terjal-mendaki. Stopsite pertama terletak di perempatan jalan, di lokasi ini kami menemukan endapan. Mengenai endapan dan soil, Bu Win memberitahu perbedaannya, "endapan terletak pada morfologi datar yang secara gravitasi tidak bergerak lagi, sedangkan soil berada pada morfologi yang tidak datar dan belum tertransport, jadi jelas ia berasal dari batuan asal apa?". Bu Win memberikan pelajaran pertama, saat menemukan sebuah singkapan yang harus diperhatikan dalam pengamatan singkapan adalah: 1. Aspek geomorfologi (pengamatan geomorfologi suatu daerah, apakah daerah tersebut termasuk pada daerah lembah atau bukit, dll.?); 2. Aspek litologi (litologi termasuk dalam sedimen terkonsolidasi atau tidak terkonsolidasi, jika tidak terkonsolidasi maka diklasifikasikan lagi apakah endapan tersebut termasuk dalam endapan eluvial, koluvial, atau alluvial); 3. Data struktur geologi seperti patahan, breksiasi, ataupun kekar; 4. Data Geologi pendukung lainnya (gerakan tanah, daerah penambangan, dll.) yang bertujuan untuk pengembangan ke depannya.

Stopsite kedua berada dekat persawahan-penanjakan. Morfologi di suatu daerah dapat dikontrol oleh litologi dan struktur, perubahan morfologi menggambarkan perubahan tingkat resistensi batuan/litologi, keberadaan struktur geologi juga mempengaruhi bentukan morfologi suatu daerah. Pada lokasi pengamatan kedua yang terletak pada morfologi bergelombang, ditemukan Formasi Nanggulan dengan variasi litologi berupa batupasir, batulempung, dan batupasir karbonatan. Stopsite ketiga terus ke arah utara, berada di dekat jembatan, ditemukan singkapan batulempung Nanggulan Fm., yang telah dianalisis oleh peneliti sebelumnya dengan analisis XRD dan diketahui berjenis montmorillonit* (punya daya mengembang dan mengkerut yang ekstrim, bila mengembang volumenya bisa menjadi 2-3 kali dari kondisi kering). Oleh karena itu konstruksi irigasi di daerah ini menggunakan beton penahan untuk memperkuat dari pengaruh gerakan tanah.

Sekitar pukul 11 siang, kami sampai pada stopsite ketiga di Desa Dukuh (daerah menuju perbukitan dengan kelerengan terjal), kenaikan garis kontur menandakan kami berjalan pada batuan yang lebih resisten. Litologi pada daerah ini tersusun dari tuff karbonatan (Nanggulan Fm.). Kami melanjutkan perjalanan terus menuju ke utara dan semakin mendaki, di stopsite berikutnya ditemukan kontak erosional antara Nanggulan Fm dan OAF (Old Andesite Formation) yang litologinya berupa breksi, batupasir kerikilan dan batupasir. Pada stopsite terakhir ditemukan kontak antara OAF dan Jonggrangan Fm.

Day 2 (5 Juli 2017)
Hari kedua masih orientasi medan, kali ini dibimbing oleh Pak Budi menuju ke daerah selatan. Pak Budi kembali mengingatkan bahwa dalam pengamatan singkapan hal yang perlu diperhatikan yaitu geomorfologi, stratigrafi dan juga struktur geologi. Stopsite pertama berada pada sisi jalan desa berhadapan dengan Gunung Mujil, disini mahasiswa diminta menentukan posisi dengan cara menembak puncak Gunung Mujil, cara ini sangat berguna jika sewaktu-waktu GPS yang dibawa terkendala/tidak bisa dipakai. Stopsite kedua terletak di Kali Mataram, pada stopsite ini terlihat pembuatan irigasi menggunakan struktur beton yang kuat, hal ini mengindikasikan bahwa daerah ini rawan gerakan tanah. Gerakan tanah atau biasa dikenal dengan longsoran terjadi oleh beberapa faktor: kelerengan, litologi yang porous, curah hujan, vegetasi, dan juga struktur geologi. Stopsite ketiga berada pada kelokan jalan, mahasiswa diminta untuk orientasi medan tanpa menggunakan GPS. Pada stopsite selanjutnya ditemukan singkapan batupasir dan batulempung dengan sisipan batubara/lignit**tipis. Disini mahasiswa mengukur kedudukan batuan, Pak Budi juga memberitahukan tips mengukur kedudukan adalah dengan mengamati perubahan warna, struktur sedimen, orientasi perlapisan serta perbedaan litologi. Mahasiswa juga membuat penampang yang berguna untuk merekonstruksikan struktur, hubungan antara satuan batuan, serta mengukur ketebalan. Pada singkapan batulempung yang diamati terdapat kehadiran foraminifera besar dan kecil, kehadiran fosil ini dapat dijadikan sebagai lapisan penanda (marker), fosil yang digunakan sebagai disebut fosil indeks***biasanya memiliki rentang umur yang pendek.

Day 3 (6 Juli 2017)
Hari ketiga adalah kelas geomorfologi yang dibimbing oleh Bu Lis. Mahasiswa berangkat dengan menggunakan mobil truk, Aku menaiki motor dengan Mbak Lena. Kami berhenti di perempatan jalan, disana terdapat singkapan berupa tuff dan batupasir karbonatan yang termasuk dalam Sentolo Fm. Pada stopsite selanjutnya ditemukan kontak antara OAF dan Sentolo Fm. Perjalanan terus dilanjutkan menuju Bukit Sokogelap, di perjalanan menuju Bukit Sokogelap yang semakin mendaki tepat pada posisi tekuk lereng (break of slope), mahasiswa mengukur kelerengan. Kelerengan yang terjal pada titik ini menandakan adanya perbedaan litologi. Akhirnya kami sampai di Bukit Sokogelap, disana mahasiswa membuat sketsa pandangan mata burung. Kertas HVS dengan posisi landscape dibagi menjadi 3 bagian, garis pertama dari atas merupakan pandangan mata kita, digambar dari atas ke bawah. Selanjutnya kami makan siang di sekitar Kali Kamal, selesai makan siang kami berjalan menuju jembatan Kali Kamal untuk mengamati geomorfologi sungai. Kali Kamal merupakan sungai dengan stadia dewasa, terdapat gawir sesar yang telah berkembang menjadi erosi. Perjalanan dilanjutkan, tak jauh dari Kali Kamal mahasiswa menggambar sketsa dengan teknik padangan mata katak. Penggambaran sketsa dilakukan dari bawah ke atas, kertas dibagi menjadi 3 bagian, pandangan mata terletak pada bagian ketiga/sisi bawah kertas.

Pada malam harinya Pak Setyo memberikan kuliah malam terkait dengan stratigrafi dan struktur. Perkuliahan diikuti dengan semangat oleh seluruh mahasiswa.

Day 4 (7 Juli 2017)
Hari keempat adalah kelas stratigrafi dan struktur geologi. Seperti pada saat orientasi medan, mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok, ke arah utara dibimbing oleh Pak Adi dan ke arah selatan oleh Pak Setyo. Aku ikut rombongan Pak Setyo, kami memasuki Kali Songgo dari jembatan Kalisonggo. Pada stopsite pertama rombongan belum dipecah, Pak Setyo menjelaskan tentang stratigrafi pada daerah ini, disini terdapat lapisan batulempung Nanggulan Fm dengan nodule lempung karbonatan (ukuran hingga bongkah). Nodule adalah material yang terdapat pada lapisan batuan sedimen berupa bongkahan kecil yang terbentuk karena proses diagenesa (tekanan dan temperatur) yang menyebabkan sebagian akan menjadi lebih padat dari yang lainnya (http://toba-geoscience.blogspot.co.id). Ukuran nodule yang lumayan besar dipengaruhi oleh batulempung yang impermeable sehingga terbentuk ikatan yang besar pada nodule, jika batuannya porous maka tidak akan terbentuk ikatan sebesar itu, jelas Pak Setyo. Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri Kali Songgo, ditemukan endapan kuarter berupa endapan channel dengan fragmen kerikil-bongkah, endapan ini merupakan endapan OAF. Pada endapan ini terdapat pemilahan, yang menandakan terjadi sekitar 4x pengendapan. Kami terus berjalan ke stopsite berikutnya, disini ditemukan fosil gasthropoda pada singkapan batulempung, lokasi ini termasuk Formasi Nanggulan bawah (Axinea beds). Daerah ini diinterpretasikan termasuk dalam lingkungan pengendapan laut dangkal-transisi. Selain itu, ditemukan batupasir kuarsa Nanggulan Fm yang tersebar tidak merata di sebelah barat. Ditemukan juga batulempung dengan komposisi organik cukup banyak (hitam) dengan lingkungan pengendapan transisi (tidal).

Pada stopsite keempat terdapat singkapan batulempung organik dengan pengotor batupasir sangat halus, di singkapan ini terdapat struktur massif batulempung dan pola perulangan batulempung dan batupasir. Batulempung terlihat menyerpih dampak dari suhu dan tekanan, batupasir tampak seperti sisipan. Stopsite kelima ditemukan sesar normal minor dengan offset sekitar 10 cm pada litologi batupasir sangat halus. Stopsite keenam ditemukan batulempung yang diatasnya terdapat endapan. Stopsite ketujuh terdapat sesar turun pada batunapal dan juga terdapat cangkang-cangkang fosil pada satu spot (tidak menerus), daerah ini masih termasuk dalam Nanggulan Fm. Pada stopsite kedelapan ditemukan singkapan berupa intrusi andesit dengan struktur collumnar joint****. Stopsite terakhir ditemukan singkapan breksi dengan fragmen andesit, termasuk dalam OAF.

Day 5 (8 Juli 2017)
Hari kelima saya ikut dengan rombongan Pak Adi menuju ke daerah utara. Stopsite 1 kami menemukan perlapisan batupasir dan batulempung karbonatan. Pak Adi mengingatkan mahasiswa agar sebelum mendekati singkapan, terlebih dahulu lihat dari jauh, lihat perbedaan warnanya, jika ada perbedaan warna pada lapisan, kemungkinan jenis litologinya-pun berbeda, setelah itu baru dekati singkapan, deskripsi dan ukur kedudukan lapisannya. Kali ini, mahasiswa diberikan ilmu bagaimana mengukur kedudukan perlapisan batuan yang hampir horizontal. Pada singkapan ini juga ditemukan fosil pada batulempung, kehadiran fosil pada suatu lapisan seringkali dijadikan sebagai lapisan penciri/keybed. Kami melanjutkan perjalanan menuju stopsite berikutnya, disini masih ditemukan perlapisan batupasir dan batulempung yang termasuk dalam Nanggulan Fm. Di stopsite berikutnya ditemukan sesar normal minor dengan offset sekitar 30 cm. Pada stopsite selanjutnya kami menemukan batulempung dengan kehadiran fosil discocyclina dan nummulithes yang termasuk dalam ordo foraminifera. Stopsite terakhir kami menemukan kontak breksi dan batupasir.

Day 6-16 (9-19 Juli 2017)
Pemetaan mandiri dilaksanakan selama 11 hari, dan 1 hari dikhususkan untuk pengukuran MS (Measuring Section) dan Struktur Geologi. Jadwal pemetaan mandiri, berangkat pada 7.30 pagi, pulang pada pukul 16.00 sore. Kegiatan malam hari-pembuatan laporan harian dimulai pada pukul 19.30-hingga jam tak terhingga, tak jarang pembuatan laporan berakhir pada waktu azan subuh.

MS dan struktur dilakukan pada hari ke 15 yang berlokasi di Kali Niten. MS dilakukan dengan berkelompok, dimulailah kegiatan membentangkan meteran tegak lurus dengan arah perlapisan, mengukur kedudukan lapisan dan mendeskripsikan litologi setiap lapisan. Adapun kelompok yang mendapat giliran mengukur struktur, mulai mengukur kekar-kekar yang terdapat pada batuan, pengukuran struktur juga dilakukan pada sesar minor yang terdapat di lapangan. Kegiatan ini berakhir sore hari dan ditutup dengan agenda “nyebur bareng di Niten”.

Day 17 (20 Juli 2017)
Waktunya sidang. Sidang dijadwalkan pada pukul 1 siang. Sejak malam hingga pagi,semua sibuk mengejar pembuatan peta serta laporan. Setelah makan siang, semua mahasiswa bersiap untuk ujian. Pakaian putih-hitam menandakan mereka siap untuk ujian. Aku dapat giliran menguji dengan Flo (asisten dari STTNAS). Seorang mahasiswa memiliki waktu ± 30 menit untuk ujian. Macam-macam cerita sidang mereka, ada yang datang untuk ujian dengan kondisi bahan ujian yang belum lengkap, ada yang menjawab pertanyaan dengan sangat jujur, ada yang sudah dapat menjelaskan pekerjaannya dengan baik. Terlepas dari itu semua, Aku melihat mereka mendapatkan sesuatu dari kuliah lapangan ini, ada tambahan ilmu dan pemahaman yang mereka peroleh, semoga ilmu yang diperoleh penuh berkah.

Day 18 (21 Juli 2017)
Hari ini waktunya refreshing setelah melapang. Tujuannya ke Candi Borobudur, kami berangkat menuju Candi Borobudur yang terletak di daerah Magelang-Jawa Tengah, perjalanan ditempuh kurang lebih 40 menit. Sampai di Borobudur dimulailah agenda geowisata dan geofoto >.<.

Day 19 (22 Juli 2017)
Geowisata kali ini tujuannya Pantai Parangtritis. Hal menarik yang diperoleh di Parangtritis adalah gumuk pasir, hasil proses sedimentasi oleh angin. Setelah makan siang di Parangtritis perjalanan dilanjutkan ke daerah Tamansari dan Malioboro. Pulang dari Malioboro sekitar pukul 11 malam sampai di kampus. Mengingat esok harinya akan berangkat pada pukul 3 pagi, akhirnya Aku memutuskan untuk tidak tidur karena harus packing.

Day 20 (23 Juli 2017)
Hari kepulangan, kami berangkat pukul 3 pagi menuju Bandara Adi Sucipto-Yogyakarta. Keberangkatan dijadwalkan pada pukul 7.30 pagi.
Alhamdulillah kami sampai Jambi dengan selamat…semoga ilmu dari KL2 penuh berkah :).

Capture!

Pak Setyo memberikan kuliah malam

Ngilmu dari Bu Win

Stopsite Terakhir-Jonggrangan Fm.

Berguru dengan Pak Budi-sembari menatap Mujil

Foto bersama-setelah ditraktir Pak Budi

Sketsa pandangan mata katak

Nodule!

Lignit

Mendengarkan dongeng-Collumnar Joint

Nummulithes

Sidang-finish-Hamdalah

Geowisata


Istilah:
*Montmorilonit: Mineral montmorillonite mempunyai luas permukaan lebih besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak bila dibandingkan dengan mineral yang lainnya.
**Lignit: Batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya (https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara).
***Fosil indeks: Fosil penunjuk/fosil pandu yaitu fosil yang dipergunakan sebagai penunjuk umur relatif. Umumnya fosil ini mempuyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas, serta mudah dikenal.
****Collumnar joint: Salah satu strukur yang terbentuk pada intrusi batuan beku, yang tegak lurus bidang pendinginnya.